April 04, 2011

Ia hanya seorang pria tua ? Entahlah...

Melihatnya...

Baju yang sering dipakai, dicuci, dipakai lagi itu sudah terlihat usang..
Wajah yang sudah tidak muda lagi, keriput dan dipenuhi rambut putih membuat jatuh hati.
Tangan yang sudah renta, otot yang terlihat menonjol di kulit yang menghitam terkena paparan sinar matahari bekerja keras menyapu jalanan...

Hati ini tersentuh oleh sosoknya.. Dia seorang pria tua penyapu jalanan.

Kulemparkan senyumku dan sapaanku tatkala melihatnya setiap pagi saat sedang menyapu dedaunan yang mengotori jalanan. Dan dibalasnya dengan sapaan yang tak kalah ramahnya, dengan mata-mata berbinar-binar.
Saat melihatnya menyapu jalanan, sempat terpikir olehku... "Kita akan tahu bersihnya jalanan, sampai kita melihat bagaimana kotornya jalanan itu." Semacam slogan yang sepertinya cocok ditulis di baju bagian belakang para penegak kebersihan itu.

Kebiasaan pria tua itu adalah setelah selesai menyapu jalanan ia akan duduk di trotoar.
Ia tidak menengadahkan tangannya untuk meminta, tetapi ia tidak juga menolak membuka telapak tangannya untuk menerima.

Pernah di suatu pagi, pagi-pagi sekali... diantara banyaknya motor dan mobil hilir mudik, dan masih banyak orang masih terlelap.. aku mendekati dia dan mengajaknya berbicara.
Aaah... dia hanya seorang tua yang kesepian. Walo tinggal berdekatan dengan keluarganya, ia merasa tidak diperhatikan. Mendengarnya... sebenarnya aku sedikit kecewa... aku tidak ingin mendengar keluhan mengenai keluarganya... walau begitu kucoba mengerti, mungkin dia hanya ingin seseorang mendengar dan merasakan beban yang ia rasakan. Mengakhiri percakapan, kuberikan sebungkus bubur ayam yang khusus kubelikan untuknya.

Esok harinya... aku bertemu dengannya lagi. Tapi kali ini aku hanya ingin melihatnya membersihkan jalanan yang penuh dengan daun-daun kering yang berguguran.
Di jalanan itu, berderetan sekitar 3 rumah. Sejenak aku mengernyitkan kening... hmmm, Bapak tua itu melewatkan 1 rumah, daun-daun itu dibiarkan saja...

Karena penasaran kutanya kepadanya, kenapa yang di depan rumah itu tidak ia sapu daun-daunnya. Jawabannya... membuatku kecewa lagi, ternyata ia sengaja melakukannya. Entah apa sebabnya, aku tidak mau menanyakan lebih lanjut. Hatiku terlanjur kecewa..

Hiks... sebenarnya apa yang membuat aku kecewa ? Apa yang aku harapkan ?

Aku hanya ingin melihat kebaikan yang diberikan dengan tulus tanpa pilih-pilih. Dilakukan dengan kesederhanaan hati. Menghadapi kenyataan bahwa Bapak tua itu seperti mempunyai sisi 'jahat' didirinya... membuatku seperti ada yang hilang akan 'sentuhan' sosok dirinya.

Entahlah, seharusnya aku tidak boleh berpikir dan bersikap demikian, toh aku juga menyadari bahwa didiriku ini... tersimpan sesuatu yang 'jahat'... hmmm... entahlah..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar