19 Oktober 2007
Ehm..
Subuh di Surabaya pagi benerr, jam 4 kurang adzan sudah berkumandang.
Aku menggeliat bangun. Aku lihat Mbak Wahyu tidur tergeletak di lantai. Oiya, hari ini dia ultah. "Mbak, met ultah ya..." kubangunkan tidurnya.
Ia hanya menggeliat, "hemm... yaaa"
Aku hanya tersenyum. Hihihi, kasihan juga kalo aku ganggu lagi, ia pasti kecapekan, sepulang kemarin dari liburan di Bali.
Aku bergegas ke kamar mandi, mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajibanku.
Jam 5 pagi, aku sudah berlari mengelilingi taman di perumahan Wisma Permai, Waru, Sidoarjo. Duh, cuma kuat 3 kali putaran. Tapi lumayan keringatan juga. Mungkin sudah hampir 2 bulan aku ga jogging lagi. Memasuki bulan puasa aku sudah stop dengan kebiasaanku bangun pagi. Rasa-rasanya, kasur di kamar sangat sayang dilewatkan begitu saja untuk mencari keringat.
Kulihat Mbak Ita sama Audy, menyusulku di taman. Dengan langkah kecilnya Audy mengikuti langkah Mamanya. Aku menghampiri mereka dan segera kuraih Audy ke dalam pelukanku, "Halo sayang.."
Audy tersenyum, dan agak malas, soalnya bangun tidur sih..
Tapi gak lama Audy sudah berlari-lari kecil mengikutiku. Ugh, gemesnya. Anak-anak memang menggemaskan. Apalagi Audy, umur belum genap 2 tahun, tapi tingkahnya sudah sering membuatku geleng-geleng kepala plus takjub. Anak jaman sekarang... ada ajaa
Ehm..
Subuh di Surabaya pagi benerr, jam 4 kurang adzan sudah berkumandang.
Aku menggeliat bangun. Aku lihat Mbak Wahyu tidur tergeletak di lantai. Oiya, hari ini dia ultah. "Mbak, met ultah ya..." kubangunkan tidurnya.
Ia hanya menggeliat, "hemm... yaaa"
Aku hanya tersenyum. Hihihi, kasihan juga kalo aku ganggu lagi, ia pasti kecapekan, sepulang kemarin dari liburan di Bali.
Aku bergegas ke kamar mandi, mengambil air wudhu dan melaksanakan kewajibanku.
Jam 5 pagi, aku sudah berlari mengelilingi taman di perumahan Wisma Permai, Waru, Sidoarjo. Duh, cuma kuat 3 kali putaran. Tapi lumayan keringatan juga. Mungkin sudah hampir 2 bulan aku ga jogging lagi. Memasuki bulan puasa aku sudah stop dengan kebiasaanku bangun pagi. Rasa-rasanya, kasur di kamar sangat sayang dilewatkan begitu saja untuk mencari keringat.
Kulihat Mbak Ita sama Audy, menyusulku di taman. Dengan langkah kecilnya Audy mengikuti langkah Mamanya. Aku menghampiri mereka dan segera kuraih Audy ke dalam pelukanku, "Halo sayang.."
Audy tersenyum, dan agak malas, soalnya bangun tidur sih..
Tapi gak lama Audy sudah berlari-lari kecil mengikutiku. Ugh, gemesnya. Anak-anak memang menggemaskan. Apalagi Audy, umur belum genap 2 tahun, tapi tingkahnya sudah sering membuatku geleng-geleng kepala plus takjub. Anak jaman sekarang... ada ajaa
Siangnya, bercengkrama di ruang tamu bersama Bapak, Ibu dan Mbak Wahyu.
Tiba-tiba, Kukung (Bapakku) berteriak teringat sesuatu,"Besok Mbak Wahyu ulang tahun"
Aku langsung berkata,"Bukan besok Kung, hari ini!"
"Loh, tanggal berapa sekarang?" tanya Bapakku. Ternyata Bapakku ini lupa tanggal.
"Tanggal 19, Kung" jawabku.
Spontan Bapak berdiri, bermaksud memberi ucapan selamat ulang tahun.
Melihat itu, Ibuku langsung berteriak,"Jangan, orang mau surprise kok. Dari tadi pada ga ngasih ucapan selamat!"
Ups, Ibu ini bagaimana, mau kasih surprise kok malah teriak-teriak pengumuman. Yang ultah ada di belakang Ibu itu loh...
Sebenarnya, aku juga ga tahu, surprise apa. Dan juga baru tahu, ternyata belum pada ngasih selamat. Hebatnya lagi, Bapakku ga jadi ngasih selamat. Duh-duh, piye to ki.
Sedangkan yang ultah, hanya tersenyum bingung. "Ono opo iki", mungkin begitu pikirnya.
Sedangkan Nindy, kulihat dari kamar, memperingatkan aku agar jangan sampai membocorkan rahasia negara. Lah, surprisenya apa aja aku ga ngerti. Tapi demi mencari selamat aku hanya diam.
Tiba-tiba, Kukung (Bapakku) berteriak teringat sesuatu,"Besok Mbak Wahyu ulang tahun"
Aku langsung berkata,"Bukan besok Kung, hari ini!"
"Loh, tanggal berapa sekarang?" tanya Bapakku. Ternyata Bapakku ini lupa tanggal.
"Tanggal 19, Kung" jawabku.
Spontan Bapak berdiri, bermaksud memberi ucapan selamat ulang tahun.
Melihat itu, Ibuku langsung berteriak,"Jangan, orang mau surprise kok. Dari tadi pada ga ngasih ucapan selamat!"
Ups, Ibu ini bagaimana, mau kasih surprise kok malah teriak-teriak pengumuman. Yang ultah ada di belakang Ibu itu loh...
Sebenarnya, aku juga ga tahu, surprise apa. Dan juga baru tahu, ternyata belum pada ngasih selamat. Hebatnya lagi, Bapakku ga jadi ngasih selamat. Duh-duh, piye to ki.
Sedangkan yang ultah, hanya tersenyum bingung. "Ono opo iki", mungkin begitu pikirnya.
Sedangkan Nindy, kulihat dari kamar, memperingatkan aku agar jangan sampai membocorkan rahasia negara. Lah, surprisenya apa aja aku ga ngerti. Tapi demi mencari selamat aku hanya diam.
Sore harinya, kami sudah ada di mobil, dengan rencana membeli tiket untuk Hesti ke Amsterdam, dan tiket ke Jakarta, untukku, Bapak dan Ibu di Linda Jaya, biro perjalanan wisata (iklan terselubung nih..) di daerah ngagel.
Setelah urusan tiket beres, trus berangkat ke kantor Novi, di... ehm, di mana ya? Lupa deh.
Trus, ngapain disana ya Nop? Lupa juga deh. Eh, ketemu Mbak Nur dan Pak Edi. Tapi Pak Edi lupa deh sama aku. Masak lupa sih Pak, aku pernah kerja disana.
Urusan selesai, terus bergerak ke ITC. Mengantar Mbak Wahyu melihat-lihat. Dan setelah melihat-lihat mungkin membeli dan kemudian nanti di jual kembali, loh apaan tuh??
Ternyata, yang sangat tertarik dengan ITC ga cuma Mbak Wahyu, Ibu pun mengeluh saat pulang, "Waktu ini rasanya kurang." Hehehe...
Tetapi bukan Ibu saja yang mengeluh, Bapak juga. Katanya,"Bapak capek ngikutin Bima, pilih-pilih baju." Hehehe, ini lucu lagi. Mbahnya suruh nemeni milih baju plus njagain dia yang lari kesana-kesini. Ngerjain Mbahnya.
Setelah agak puas di ITC, kami bergerak ke suatu tempat yang entah apa namanya.
Mbak Ita, sang sopir, membawa kami ke suatu restoran Jepang. Namanya lupa, tapi katanya sih Surabaya Suki.
Bima berteriak,"Mah ini bukan Surabaya Suki. Lain Mah!"
Dengan tenang sang Mama berkata,"Iya disini. Nanti Mas Bima lihat di dalamnya kan ada tulisan Surabaya Suki."
"Loh, Mamah ini dibilangin ga percaya. Sana lagi, Mah!"
"Ndak. Disini. Ayo turun!"
Akhirnya semua turun ke tempat yang menurut Mbak Ita adalah Surabaya Suki, sedangkan menurut Bima bukan. Oiya, Novi sudah mengomel, karena sedari tadi ia sudah menunggu di Surabaya Suki sendirian. Ia tidak masuk dalam rombongan mobil. Ia berangkat dari kantornya.
Beramai-ramai kami masuk ke dalam. Loh, kemana Novi?
Akhirnya Mbak Ita dan Bima keluar dari restoran. Beberapa menit kemudian masuk lagi,"Kita salah tempat,"bisiknya.
Oala... nyasar toh. Beramai-ramai kami keluar dari restoran yang entah apa namanya. Dan ternyata Surabaya Suki berada 2 kavling dari sana.
Ternyata benar, Mbak Novi sudah menunggu disana.
Sambil menunggu pesanan. Nindy dan Mbak Ita menyalakan lilin kue ultah tanpa sepengetahuan Mbak Wahyu.
Setelah nyala, kue kecil mungil dengan lilin angka 38 di keluarkan dan disodorkan kepada Mbak Wahyu. Kami menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
"Happy Birthday to youu.. happy birthday to youu"
Dan dengan berlinang air mata, Mbak Wahyu meniup api lilin ultahnya. Dan kami berebutan memberi ucapan selamat. Oogh.. sweet memories..
Happy Birthday ya Sis.
Smoga selalu dirahmati oleh ALLAH SWT. aamiin
Setelah urusan tiket beres, trus berangkat ke kantor Novi, di... ehm, di mana ya? Lupa deh.
Trus, ngapain disana ya Nop? Lupa juga deh. Eh, ketemu Mbak Nur dan Pak Edi. Tapi Pak Edi lupa deh sama aku. Masak lupa sih Pak, aku pernah kerja disana.
Urusan selesai, terus bergerak ke ITC. Mengantar Mbak Wahyu melihat-lihat. Dan setelah melihat-lihat mungkin membeli dan kemudian nanti di jual kembali, loh apaan tuh??
Ternyata, yang sangat tertarik dengan ITC ga cuma Mbak Wahyu, Ibu pun mengeluh saat pulang, "Waktu ini rasanya kurang." Hehehe...
Tetapi bukan Ibu saja yang mengeluh, Bapak juga. Katanya,"Bapak capek ngikutin Bima, pilih-pilih baju." Hehehe, ini lucu lagi. Mbahnya suruh nemeni milih baju plus njagain dia yang lari kesana-kesini. Ngerjain Mbahnya.
Setelah agak puas di ITC, kami bergerak ke suatu tempat yang entah apa namanya.
Mbak Ita, sang sopir, membawa kami ke suatu restoran Jepang. Namanya lupa, tapi katanya sih Surabaya Suki.
Bima berteriak,"Mah ini bukan Surabaya Suki. Lain Mah!"
Dengan tenang sang Mama berkata,"Iya disini. Nanti Mas Bima lihat di dalamnya kan ada tulisan Surabaya Suki."
"Loh, Mamah ini dibilangin ga percaya. Sana lagi, Mah!"
"Ndak. Disini. Ayo turun!"
Akhirnya semua turun ke tempat yang menurut Mbak Ita adalah Surabaya Suki, sedangkan menurut Bima bukan. Oiya, Novi sudah mengomel, karena sedari tadi ia sudah menunggu di Surabaya Suki sendirian. Ia tidak masuk dalam rombongan mobil. Ia berangkat dari kantornya.
Beramai-ramai kami masuk ke dalam. Loh, kemana Novi?
Akhirnya Mbak Ita dan Bima keluar dari restoran. Beberapa menit kemudian masuk lagi,"Kita salah tempat,"bisiknya.
Oala... nyasar toh. Beramai-ramai kami keluar dari restoran yang entah apa namanya. Dan ternyata Surabaya Suki berada 2 kavling dari sana.
Ternyata benar, Mbak Novi sudah menunggu disana.

Setelah nyala, kue kecil mungil dengan lilin angka 38 di keluarkan dan disodorkan kepada Mbak Wahyu. Kami menyanyikan lagu selamat ulang tahun.
"Happy Birthday to youu.. happy birthday to youu"
Dan dengan berlinang air mata, Mbak Wahyu meniup api lilin ultahnya. Dan kami berebutan memberi ucapan selamat. Oogh.. sweet memories..
Happy Birthday ya Sis.
Smoga selalu dirahmati oleh ALLAH SWT. aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar